MAKALAH
SISTEM PERAKITAN MANUAL PADA PRODUK TEMPE
DI SUSUN OLEH :
SALMA SABILLA
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
DINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 TULUNGAGUNG
Jln. Raya Boyolangu Km. 5 Telp.(0355) 325853Fax. 325853 Tulungagung
Email : smknegeri1tulungagung@gmail.com
TULUNGAGUNG Kode Pos : 66217
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Makalah ini
membahas tentang “SISTEM PERAKITAN MANUAL PADA PRODUK TEMPE”. Dan di harapkan
dapat memberi pengetahuan dan menambah wawasan bagi siapapun yang membaca
makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas
dari peran serta berbagai pihak yang telah memberikan saran baik materi maupun
pikirannya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih sedalam - dalamnya.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, Penulis yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Tulungagung, 22 juli 2020.
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR |
|
|
|
|
|
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN |
|
|
|
|
|
1.1Latar
Belakang |
|
|
|
|
|
1.2Rumusan Masalah |
|
|
|
|
|
1.3Tujuan BAB II KAJIAN PUSTAKA |
|
|
|
|
|
2.1
Pengolahan |
|
|
|
|
|
2.2 Kedelai |
|
|
|
|
|
2.3
Tempe |
|
|
|
|
|
2.4 Jenis – Jenis Tempe |
|
|
|
|
|
2.5Manfaat dan Kandungan Tempe BAB III PEMBAHASAN |
|
|
|
||
3.1 Proses Pembuatan Tempe BAB IV PENUTUP |
|
|
|
||
4.1Kesimpulan |
|
|
|
||
4.2
Saran |
|
|
|
||
DAFTAR PUSTAKA |
|
|
|
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tempe merupakan salah satu makanan yang
sering di konsumsi oleh masyarakat. Dulunya tempe merupakan makanan yang hanya
khusus disajikan untuk keluarga para raja di Indonesia pada Abad ke-18. Fakta
tentang hal ini didokumentasikan dalam salah satu kitab Jawa Kuno yaitu Serat
Centhini.Tempe merupakan salah satu produk olahan berbasis
bioteknologi.Bioteknologi merupakan bidang ilmu yang vital dan berhubungan
dengan tekhnologi pertanian. Metode ini sebenarnya telah di lakukan sejak jaman
dahulu, tetapi hal ini belum disadari
oleh masyarakat umum.Istilah tempe sendiri dipercaya berasal dari kata
tumpi dalam bahasa Jawa Kuno yang berarti mekanan berwarna putih dan dibuat
dari tepung sagu. Serat Centhini yang dibuat oleh juru tulis Keraton Surakarta,
R Ng Ronggo Sutrasno pada 1814, menyebutkan bahwa Cebolang pernah menyantap
hidangan tempe saat mengunjungi Pangeran Bayat.
Pada masa kini, pembuatan tempe sudah
mulai punahdan mulai bermunculan makanan-makanan yang lebih modern sesuai
perkembangan zaman. Hal ini
memang tidak diingkari lagi, kenyataannya pun dapat kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Gambaran tersebut disebabkan karena
produsen mengeluh atas bahan baku yang amat mahal sehingga prosuden beralih ke
pekerjaan yang lainnya.Padahal pada kenyataannya proses pembuatan tempe tidak
terlalu rumit atau susah dilakukandan kenyataannya makanan tradisonal tempe
sangat bermanfaat dan bergizi untuk ketahananotak dan tubuh manusia. Seiring
mengikuti zaman,proses pembuatan tempe telah menggunakan alat mesin,padahal
dalam hal tersebut proses pembuatan tempe lebih baik menggunakan proses
tradisional.
Proses pembuatan tempe diperkirakan merupakan teknologi pangan tertua yang ada pada masyarakat Jawa, Indonesia. Dalam Serat Centhini (sebuah manuskrip bersejarah yang dipublikasikan pada abad ke-16) ditemukan kata “tempe” sebagai hidangan jae santen tempe (makanan tempe dengan santan) dan kadhele tempe srundengan, hal tersebut menunjukkan bahwa makanan tradisional ini sudah dikenal sejak dahulu dalam tatanan budaya makan masyarakat Jawa, khususnya Yogyakarta dan Surakarta.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang diambil dalam makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
Cara Pembuatan Tempe?
2. Apa
Saja Khasiat Dan Kandungan Gizi?
3. Apa
pengaruh jamur Rhizopus oryzae pada pembuatan tempe?
1.3 Tujuan
Karya ilmiah ini dibuat untuk memenuhi
tugas mata pelajaran Produk Kreatif Dan Kewirausahaan, serta dengan tujuan agar
para pembaca mengetahui manfaat dalam kehidupan sehari - hari yang mencakup
berbagai aspek dalam pembuatan tempe. Proses pembuatan tempe cukup mudah dan
praktis sehingga dapat dilakukan secara manual dirumah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengolahan
Menurut Hari Minantyo (2011:145), Mengolah
adalah suatu proses menangani bahan makanan dari mentah (dasar) menjadi bahan
makanan siap saji yang dalam prosesnya bisa terjadi penerapan suhu maupun tidak
yang bertujuan untuk membuat bahan makanan lebih mudah dicerna dalam tubuh kita,
membuat makanan aman untuk dimakan, meningkatkan rasa pada makanan tersebut,
dan melengkapi atau menyeimbangkan kandungan gizi jika dicampur dengan bahan
makanan lain.
Menurut Bartono dan Rufino
(2009:15),Memasak adalah membuat suatu bahan mentah menjadi matang dengan
tujuan agar dapat dimakan sesuai naluri manusia nomor tiga, yaitu yang disebut
dengan istilah voedingsdrang
Dari kedua teori diatas dapat disimpulkan bahwa,
pengolahan adalah proses pembuatan makanan dari bahan makan yang belum jadi (konsumsi)
diolah atau dimasak menjadi bahan makanan yang sudah siap dimakan.
2.2 Kedelai
Kedelai atauGlycine max (L) Merr
termasuk familiaLeguminoceae, subfamilyPapilionaceae, genusGlycine max, berasal
dari jenis kedelailiar yangdisebutGlycine unriensis( Samsudin, 1985 ).
Menurut Ketaren(1986), secara fisik setiap kedelai berbeda dalam hal warna, ukuran dankomposisi kimianya. Perbedaan secara fisik dan kimia tersebutdipengaruhi oleh varietas dan kondisi dimana kedelai tersebutdibudidayakan. Biji kedelai tersusun atas tiga komponen utama, yaitu kulit biji, daging (kotiledon), dan hipokotil dengan perbandingan 8:90:2.Sedangkan komposisi kimia kedelai adalah 40,5% protein, 20,5% lemak,22,2% karbohidrat, 4,3% serat kasar, 4,5% abu, dan 6,6% air(Snyder and Kwon, 1987).
Menurut Salim (2013:11), Kedelai
merupakan salah satu tanaman polong-polongan yang telah dibudidayakan sejak
3.500 tahun yang lalu di Asia Timur. Tanaman kedelai telah lama diusahakan di
Indonesia sejak tahun 1970. Kedelai merupakan tanaman subtropis yang multiguna
dan sudah sejak dahulu dimanfaatkan sebagai salah satu sumber pemenuhan
kebutuhan protein nabati di berbagai negara, termasuk Indonesia (Warisno dan
Dahana, 2010:2). Kedelai merupakan tanaman pangan jenis kacang-kacangan yang biasa
diolah masyarakat menjadi berbagai bentuk pangan olahan.
Menurut Warisno dan Dahana (2010:2), Di
Indonesia, konsumsi kacang-kacangan menempati urutan ke-3 setelah padi-padian
dan ikan. Sebagai bahan makanan kedelai banyak mengandung protein, lemak dan
vitamin, sehingga tidak mengherankan bila kedelai mendapat julukan gold from
the soil (emas yang muncul dari tanah). Berdasarkan warna kulitnya, kedelai
dapat dibedakan atas kedelai putih, kedelai hitam, kedelai coklat dan kedelai
hijau.
Menurut Salim ( 2013:12 ) Kedelai yang
umumnya dibudidayakan adalah spesies Glycine max ( biji kedelai berwarna putih
kekuningan ) dan Glycine soya (biji kedelai berwarna hitam. Kedelai putih
kekuningan umumnya digunakan sebagai bahan baku pembuatan tempe dan tahu. Sementara
itu, kedelai hitam lebih banyak digunakan dalam pembuatan kecap. Kedelai
merupakan komoditas multi manfaat dan memiliki kandungan gizi yang tinggi
(Warisno dan Dahana, 2010:6). Sampai saat ini, kedelai merupakan produk
pertanian yang paling potensial sebagai sumber protein paling murah di
dunia.
Menurut Sadimin (2007:6), Kedelai dapat
diolah menjadi berbagai bahan makanan yang dapat mengatasi kekurangan protein.
Di antara jenis-jenis tumbuhan kacang-kacangan, kedelai merupakan sumber
protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang paling baik. Masuknya kedelai
ke Indonesia diduga dibawa oleh para imigran Cina yang mengenalkan beberapa
jenis masakan yang berbahan baku biji kedelai (Adisarwanto,2014:15).
Pada awalnya, kedelai dikenal dengan
beberapa nama botani, yaitu Glycine soja dan Soja max. Namun demikian, pada
tahun 1984 telah disepakati bahwa nama botani yang dapat diterima dalam istilah
ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Meril (Adisarwanto, 2014:25).
Menurut ilmu
tumbuh-tumbuhan (botani), kedelai diklasifikasikan kedalam golongan sebagai
berikut :
Divisi
|
: Spermatophyta |
Subdivisi |
: Angiospermae |
Klas
|
: Dicotyledonae |
Subklas |
: Archihlamydae |
Ordo
|
: Rosales |
Subordo |
: Leguminosinae |
Famili
|
: Leguminosae |
Genus
|
: Glycine |
Spesies |
: Glycine max (L.)
Meril |
2.3 Tempe |
|
Tempe adalah makanan tradisional yang
dihasilkan dari fermentasi biji edelai atau beberapa bahan lainnya. Fermentasi
menggunakan beberapa jenis kapang Rhizopus, seperti Rhizopus oligosporus,
Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, dan beberapa jenis kapang Rhizopus
lainnya (PUSIDO, 2012).
Dimana pada proses fermentasi akan terjadi hidrolisis senyawa-senyawa kompleks menjadi sederhana, sehingga baik untuk dicerna. Tempe merupakan makanan yang kaya akan serat pangan, kalsium, vitamin B, dan zat besi (Cahyadi, 2007).Tempe selain sebagai alternatif untuk mencukupi kebutuhan protein,juga memiliki nilai obat seperti antibiotika untuk menyembuhkaninfeksi, antioksidan untuk menangkap radikal bebas.
Menurut Haryoko (2009) dalam (Dewi
& Aziz, 2011), secara umum tempe berwarna putih, dikarenakan pertumbuhan
miselia kapang yang merekatkan biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur
yang memadat. Tempe memiliki aroma yang khas dikarenakan adanya degradasi dari
komponen-komponen dari kedelai itu sendiri (Sartika, 2009).
2.4 Jenis – Jenis Tempe
1.
Tempe Kedelai
Jenis tempe yang paling populer ini berasal dari
fermentasi ragi pada kacang kedelai. Ragi yang digunakan tentu saja berbeda
dengan ragi roti atau tape yaitu Rhizopus oligosporus. Proses pembuatan tempe
yang berasal dari kacang kedelai ini dapat dibagi menjadi dua berdasarkan
medium pembuatannya, atau yang biasa kita kenal dengan bahan pembungkusnya.
Perbedaan bahan pembungkus ini menghasilkan cita rasa tempe dan karakteristik
yang berbeda.
• Medium
daun pisang.
Tempe yang dibuat dengan daun pisang memiliki kerapatan
tempe yang lebih kompak karena daun pisang memberikan banyak rongga bagi ragi
untuk bertumbuh. Akan tetapi, karena ragi cepat untuk melakukan pertumbuhan,
tempe yang berasal dari daun pisang lebih cepat rusak daripada tempe medium
plastik. Hasil dari tempe yang menggunakan daun pisang juga lebih kompak
(kokoh) dan beraroma unik bila dibandingkan dengan tempe dari medium plastik.
• Medium
plastic.
Lain dari tempe dengan medium daun pisang, kerapatan tempe di medium plastik cenderung kurang kompak. Akan tetapi, hal ini bisa diminimalisir dengan memberikan banyak bolongan atau lubang pada plastik yang digunakan. Hasil dari tempe dengan medium plastik memang tidak memberikan aroma khas seperti tempe dengan medium daun pisang tetapi masa penyimpanan tempe ini tergolong lebih lama
2.
Tempe Bongkrek
Tempe bongkrek sebenarnya cukup populer sebelum akhirnya
terjadi peristiwa keracunan tempe bongkrek. Tempe khas Jawa Tengah yang berasal
dari ampas kelapa ini, memiliki warna hijau tua dan rasa yang gurih. Tempe ini
dapat dikonsumsi dengan cara digoreng atau dibuat masakan empis tempe bongkrek,
yaitu campuran antara tempe bongkrek yang dipotong dadu dengan pete.
Untuk menghindari terjadinya bahaya keracunan, jika
menemukan tempe bongkrek yang sudah bewarna kekuningan, jangan dimakan. Hal ini
merupakan pertanda kerusakan dari tempe bongkrek. Tempe bongkrek yang sudah
rusak juga ditandai dari rasanya yang asam/pahit dan bau yang menyengat.
3.
Tempe Gembus atau Menjos
Tempe gembus merupakan tempe yang berasal dari ampas tahu
dengan rasa yang gurih dan tekstur yang empuk. Tempe ini harus dikonsumsi
minimal 28 jam setelah proses produksi selesai. Biasanya tempe ini diolah
menjadi tempe goreng atau dimasak bersama sayuran dancabai.
Salah satu olahan tradisional yang cukup terkenal dari
tempe ini adalah sate kere. Sate kere adalah olahan tempe gembus yang dibakar
kemudian disajikan bersama lontong dan bumbu sate.
4.
Tempe Koro Pedang.
Tempe khas Yogyakarta ini berasal dari kacang koro.
Memiliki bahan baku yang berbeda dengan tempe biasa menyebabkan tempe ini
memiliki warna cokelat tua. Namun, rasa dan kandungan gizinya tidak jauh
berbeda dengan tempe dari kacang kedelai. Sementara harganya relatif lebih
murah daripada tempe kedelai.
Masakan dari tempe kacang koro (dikenal juga sebagai tempe benguk) yang terkenal adalah sengek tempe benguk. Masakan ini masih dapat kamu temui di pasar-pasar daerah Yogyakarta. Sengek tempe benguk merupakan tempe kacang koro yang direbus dengan santan sehingga menghasilkan tempe yang gurih dan nikmat.
5.
Tempe Kecipir.
Meskipun tempe ini sudah jarang ditemukan di pasar
tradisional namun, tempe ini masih dapat kamu ditemukan di wilayah
Tulungagung, Jawa Timur. Kecipir tumbuh subur di daerah
Tulungagung sehingga masyarakat sekitar sering memanfaatkan biji kecipir, salah
satunya sebagai bahan baku pembuatan tempe. Dalam proses pembuatannya,
diperlukan waktu yang lebih lama untuk merebus biji kecipir karena teksturnya
yang lebih keras. Prosesnya yang lebih sulit ini menyebabkan tempe kecipir
menjadi kurang popularuntuk diproduksi luas dibandingkan tempe kedelai.
6.
Tempe Kacang Hijau atau Kacang Merah
Penggunaan kacang hijau dan kacang merah untuk pembuatan
tempe masih merupakan penelitian di bidang pangan untuk menggantikan kacang
kedelai. Rasa dan kandungan gizi dari tempe kacang hijau dan kacang merah tidak
berbeda jauh dengan tempe kedelai. Tempe ini juga mudah diolah menjadi sajian
lain seperti direbus, digoreng atau diorek.
7.
Tempe Menjes.
Tempe menjes bertekstur kasar karena berasal dari kacang
tanah. Rasa dari tempe ini sendiri cenderung hambar bila dibandingkan dengan
tempe kedelai. Sering ditemukan di Yogyakarta dan Jawa Timur, tempe ini bisa
disajikan menjadi berbagai macam hidangan seperti digoreng atau ditumis. Akan
tetapi olahan favorit dari tempe jenis ini adalah tempe goreng tepung yang
disajikan bersama cabe rawit.
8.
Tempe Lamtoro.
Lamtoro atau petai cina ternyata juga bisa menjadi bahan baku dari tempe. Tempe lamtoro terkenal di daerah Mojopuro, Wonogiri dengan nama tempe mlanding. Tempe lamtoro tadinya hanya dibuat saat panen lamtoro. Tetapi seiring berjalannya waktu, tempe lamtoro juga dijual di pasar daerah tersebut dengan harga yang lebih murah daripada tempe kedelai.
Perbedaan utama dibandingkan tempe kedelai yaitu terletak
pada rasa tempe lamtoro yang sedikit berlemak. Keunikan rasa ini ternyata
berasal dari kulit biji lamtoro. Pengolahan tempe lamtoro ini ternyata tidak
susah. Tempe lamtoro biasanya dimasak dengan cara digoreng tepung atau dimasak
bersama sayur dan santan kelapa.
9.
Tempe Lupin.
Meskipun kacang lupin merupakan tanaman kacang-kacangan
dari Australia, tempe dari kacang lupin justru terkenal di daerah Malang. Tempe
lupin dinilai lebih menarik karena warnanya yang kuning cerah, meskipun rasanya
sedikit asam dan teksturnya yang lengket. Oleh karena itulah tempe lupin lebih
sering diolah menjadi keripik tempe.
10. Tempe
Munggur
Tempe yang satu ini tidak berasal dari kacang-kacangan
tetapi berasal dari biji-bijian yaitu biji munggur. Biji munggur mudah
ditemukan di daerah Gunungkidul sehingga beberapa warga disana sering membuat
tempe ini.
Tempe munggur belum memiliki popularitas yang terkenal
seperti tempe kedelai atau bahkan tempe bongkrek. Oleh sebab itulah, masih
banyak penelitian yang dilakukan terkait dari zat gizi, penerimaan konsumen dan
pengolahan dari tempe munggur. Salah satu hasil pengolahan tempe munggur yang
sudah pernah dicoba adalah keripik tempe munggur.
11. Tempe
Kara Kratok
Tempe kara kratok berasal dari kacang lima yang
difermentasikan. Tempe kara kratok biasanya dibuat saat musim kemarau karena
kacang lima tumbuh di daerah kering. Meskipun demikian, tempe kara kratok ini
sangat jarang ditemukan di Indonesia. Ajakan untuk memulai memproduksi tempe
kara kratok sebagai alternatif dari tempe kedelai masih dilakukan oleh para
peneliti ke masyarakat Indonesia.
12. Tempe Karet
Tempe karet dapat ditemukan di daerah Sragen. Tempe yang
berasal dari biji karet ini memiliki kandungan protein yang lebih tinggi
daripada tempe kedelai dengan tekstur yang lebih lembut. Tempe karet juga
memiliki daya simpan yang lebih lama yaitu sekitar 2 minggu dari proses
pembuatannya (disimpan di kulkas). Tempe karet dapat dimakan setelah digoreng
atau dibuat menjadi keripik tempe.
13. Tempe
Gude
Salah satu jenis kacang lain yang digunakan di dalam
pembuatan tempe adalah kacang gude. Tempe kacang gude memiliki citarasa dan
aroma yang unik meskipun dari beberapa hasil penelitian terkait penerimaan
konsumen, tempe gude masih kalah bila dibandingkan dengan tempe kedelai.
Meskipun demikian, tempe gude memiliki kandungan gizi yang relatif hampir sama
dengan tempe kedelai. Karena gizinya yang baik ini, tempe gude bisa diolah
menjadi makanan pendamping ASI.
14. Tempe
Bungkil
Berasal dari ampas kacang tanah, tempe bungkil memiliki
tekstur yang empuk dan gurih. Tempe ini sangat populer di daerah Jawa Timur
dengan sajian tempe bungkil goreng yang berbentuk bulat. Beberapa sajian
lainnya seperti oseng tempe bungkil dengan sayur dan kue talam dari tempe
bungkil juga dapat menjadi pilihan untuk mengolah jenis tempe ini.
15. Tempe
Daun Singkong
Tempe daun singkong merupakan tempe yang dipopulerkan oleh Universitas Andalas Padang (Sumatera Barat) dan juga mendapatkan review dari salah satu majalah flora & fauna ternama di Indonesia. Cara membuatnya sama seperti dengan tempe kedelai hanya saja bahan bakunya diganti dengan daun singkong yang sudah dikukus. Daun singkong ini dilirik menjadi bahan baku tempe karena penggunaannya yang masih rendah dan dapat menjadi subtitusi dari kacang kedelai. Tempe daun singkong memiliki kandungan protein yang lebih rendah dibandingkan tempe kedelai, termasuk lemak dan karbohidratnya. Karena berasal dari daun singkong, tempe ini memiliki warna hijau yang berbedadari tempe kebanyakan.
2.5 Manfaat dan Kandungan Tempe
a. Kandungan
zat besi, flavonoid yang bersifat antioksidan sehingga mampu untuk menurunkan
tekanan darah (Amani et al, 2014).
b. Kandungan
kalsium yang tinggi, sehingga mampu untuk mencegah terjadinya osteoporosis (Yoo
et al, 2014).
c. Menanggulangi
anemia. Anemia ditandai dengan penurunan kadar haemoglobin darah dikarenakan
kurangnya zat besi (Fe), Tembaga (Cu), Seng (Zn), protein, asam folat dan
vitamin B12. Dimana kandungan ini terdapat pada tempe (Sulastri & Keswani,
2009).
d. Antioksidan
tinggi, sehingga bisa mencegah terjadinya kanker dan juga proses penuaan dini
(Muji et al, 2011).
e. Bersifat
hipokolesterolemik, kandungan asam lemak jenuh ganda pada tempe mampu untuk
menurunkan kadar kolesterol tubuh (Hassan et al, 2014).
f. Kandungan
superoksida dismutase yang dapat mengendalikan radikala bebas, sehingga baik
bagi penderita kelainan jantung
(D’Adamo et al, 2015).
g. Mencukupi
kebutuhan gizi seimbang sehari-hari (Liputo et al, 2013).
h. Kapang tempe Rhizopus sp bersifat sebagai antibacterial atau antibiotika, sehingga mampu untuk mengurangi terjadinya infeksi (Sartika, 2009).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Proses pembuatan tempe adalah sebagai berikut :
Ø Alat : :
Baskom
Saringan
Kantong plastik / daun pisang
Dandang
Kompor
Peralatan lain yang diperlukan
Ø Bahan :
Kacang kedelai
Ragi tempe
Ø Cara Sederhana Pembuatan Tempe :
1. Proses Penyortiran
Proses penyortiran bertujuan untuk memperoleh produk
tempe yang berkualitas, yaitu memilih biji kedelai yang bagus dan padat berisi.Biasanya di dalam biji
kedelai tercampur kotoran seperti pasir atau bijiyang keriput dan keropos.
2. Proses Pencucian
Hal pertama yang dilakukan adalah mencuci kacang kedelai
menggunakan air bersih. Dalam satu kali proses pembuatan, biasanya kacang
kedelai yang dibutuhkan sebanyak 50kg.
3. Proses Perebusan
Setelah selesai dicuci, Kacang kedelai direbus di dalam
Drum besar selama ± 3 jam. Biasanya, Kacang kedelai di rebus diatas tungku kayu
bakar dengan api yang besar.
4. Proses Pengangkatan
Setelah selesai direbus, kacang kedelai di angkat dan di masukkan ke dalam drum plastik besar.
5. Proses Perendaman
Kacang kedelai di rendam dan di diamkan didalam drum selama 1
hari. Hal ini bertujuan agar Asam yang ada di kacang kedelai bisa keluar.
6. Proses Penggilingan
Setelah itu, kacang kedelai dicuci kembali. Dan digiling
menggunakan Mesin Pecah Dua. Hal ini bertujuan
agar kacang kedelainya bisa terbelah menjadi dua bagian. Kemudian,
kacang dicuci kembali dan dimasukkan ke dalam regesambil disiram air hangat.
Dan kacang kedelai di diamkan selama ± 2 jam.
7. Proses Peragian
Kemudian, Kacang kedelai dimasukkan ke dalam kotak. Setelah
itu, dicampur dengan ragi sebanyak ±250.
8. Proses Pengemasan
Setelah di aduk sampai rata, kacang kedelai dimasukkkan ke
dalam plastik yang berlubang kecil.
Setelah kacang kedelai dimasukkan ke dalam kantong plastik, lalu di timbang.Ada ukuran yang besar beratnya 4 ons, dan yang
kecil beratnya 3 ons. Kacang kedelai yang sudah di timbang, di lem dengan
proses pembakaran (Tradisional). Kemudian, tempe di blek dengan cara
tradisional.
9. Proses Akhir
Setelah di blek, tempe dimasukkan ke dalam rak selama 1
malam. Kemudian, di keluarkan dan di masukkan lagi ke dalam rak sambil di angin-anginkan. Setelah sudah di
angin-anginkan akhirnya tempenya sudah jadi dan siap untuk dipasarkan.
Tempe adalah makanan tradisional yang mengandung banyak protein nabati yang baik untuk kesehatan. Karena rasa dan aroma tempe yang cocok dengan lidah orang indonesia, makanan ini sudah sejak dulu menjadi salah satu menu pokok dalam diet masyarakat. Selain rasanya yang unik dan gizinya yang tinggi, menyebabkan tempe menjadi salah satu produk makanan yang populer hampir di seluruh dunia. Penelitian terkait tempe dan variasi makanan dari olahan tempe akhirnya semakin beragam akibat popularitas tempe di kanca internasional. Tempe yang dikenal utamanya tentu yang berbahan dasar kedelai. Padahal variasi bahan baku tempe yang ada di Indonesia itu banyak.Tempe juga terkenal sebagai salah satu alternatif pengganti daging untuk mereka yang vegetarian.Tempe sendiri diolah dari kacang kedelai sedemikian rupa sehingga menghasilkan tekstur dan rasa yang empuk.
Ciri tempe yang “berhasil” adalah ada
lapisan putih di sekitar kedelaidan pada saat di potong, tempe tidak hancur.
Perlu diperhatikan agartempe berhasil, alat yang dipergunakan untuk membuat
tempe sebaiknyadijaga kebersihannya. Menjaga kebersihan pada saat membuat tempe
inisangat diperlukan karena fermentasi tempe hanya terjadi pada lingkunganyang
higienis.
Menurut Hidayat (2008), gangguan pada pembuatan tempediantaranya adalah tempe tetap basah, jamur tumbuh kurang baik, tempe berbau busuk, ada bercak hitam dipermukaan tempe, dan jamur hanyatumbuh baik di salah satu tempat.
DAFTAR PUSTAKA
Agosin E., D. Diaz,
R. Aravena,
and E. Yanez, 1989. Chemical and
NutritionalCharacterization of Lupine
Tempeh . Journal of Food
Science, VolumeS4, No.1, University of Food Science. Chile.Ali, I. 2008.
BuatTempe Yuuuuk.http://iqbalali.com/2008/05/07/buat-tempe-yuuuuk/. (Diakses pada
tanggal 27 Mei 2009).Anonim.
2000.
Tempe Kedelai.http://agribisnis.deptan.go.id/. (Diakses padatanggal 27 Mei 2009).
Si Hitam yang Sarat
Manfaat.www.hanyawanita.com(Diakses pada tanggal 24 Februari 2009).
Kedelai.http://ristra.multiply.com/photos/hi-res/upload(Diakses pada tanggal 15November 2009).
Tempe. http://mamieksyamil.multiply. com/recipes/ item /100(Diakses pada tanggal 15November 2009).
Tempe, anutritious and healthy food
from Indonesia. Asia Pacific J Clin Nutr(2000) 9(4): 322 – 325.http://iqbalali.com/2008/05/07/buat-tempeyuuuuk/. (Diakses pada
tanggal 27 Mei 2009).
Tempe. http://www.adln.lib.unair.ac.id/go.php. (Diakses padatanggal
2 Oktober2009).
Fitriani. 2006.Metabolisme
Isoflavon dan Faktor-II pada Proses Pembuatan Tempe, Prosiding Simposium
Nasional PengembanganTempe dalam Indusstri Pangan Modern. UGM. Yogyakarta.Priantono, H. 2009.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2012. Tempe:
Persembahan Indonesia untuk Dunia. Jakarta: PUSIDO BSN.
Rahayu WP, Pambayun R, Santoso U, Nuraida L, Ardiansyah. 2015. Tinjauan Ilmiah Proses Pengolahan Tempe Kedelai. Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI).
Santoso HB. 1993. Pembuatan Tempe dan Tahu
Kedelai: Bahan Makanan Bergizi Tinggi. Yogyakarta: Kanisius.
Shurtleff W, Aoyagi A. 1979. The Book of Tempeh. New York:
Autumn.
Tuminah S. 2009. Efek asam lemak jenuh dan asam
lemak tak jenuh “trans” terhadap kesehatan. Media Penelit. dan Pengembang.
Kesehat 19: 13-20.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar